My Diary.
to Share my Life Events

wawancara kami ke pengusaha muda dikalibaru


Cici Dwi Risqiana Cici Dwi Risqiana Author

CERPEN (Bulu Pena kesayangan Abang Akmal)



BULU PENA KESAYANGAN ABANG AKMAL
“ Selamat pagi bapak Umar” Sambut Arifah Gadis cantik yang sedang berjalan untuk berangkat sekolah.
“selamat pagi Arifah” jawab bapak Umar dengan senyuman sahajanya.
“selamat pagi ibu – ibu “ sapanya lagi kepada ibu – ibu yang hendak pergi bekerja pagi itu
“pagi, Arifah” jawab ibu – ibu tersebut.
Begitulah Arifah gadis yang sopan, cantik, sholeha, dan ramah terhadap semua orang yang dia anggap patut untuk di hormati. Dengan sepeda mininya Ia berangkat sekolah dengan semangat. Arifah adalah anak yang berusia 15, ia anak terakhir dari dua bersaudara.
*
“Kringg...........!” Bel sekolahpu berbunyi ini awal Arifah masuk pada Sekolah Menengah Atas. Dia adalah murid baru di SMA Negeri 1 Kartini.
“Selamat pagi anak-anak. Bagaimana kabar kalian semoga sekola ini dapat menjadikan tempat belajar yang wow buat kalian semua” Sambut Ustad Hamzah
Pagi itu awal ia mendapat pembelajaran SMA yang sebelumnya di awali dengan massa orientassi siswa atau yang sering kita kenal dengan MOS. Pelajaran pertamanya adalah bahasa Indonesia Ini salah satu pelajaran kesukaaan Arifah di sekolah.
Hari – Hari di sekolah dinikmati Arifah dengan rasa semangat dengan penuh keihlasan. Arifah juga Hobbi bernyanyi, suaranya sangat merdu banyak orang dan teman – temannya terhibur ketika Arifah sedang bernyanyi. Lirik demi lirik, bait demi bait yang Arifah lontarkan seperti dibuat melayang, merinding, hanyut dalam syair lagunya, kata orang yang pernah mendengarkan Arifah menyanyi.
Tak terasa waktu menunjukkan jam 1 siang, waktunya untuk bergegas pulang dan bel sekolahpun berbunyi, menandakan waktunya untuk pulang.
*
Setibanya Arifah di rumah sederhanya yang nyaman dan asri Arifah langsung menyambut kakaknya yang pada saat itu menyapu di halaman rumah dan sedang memainkan bulu penanya di jarinya.
“Assalamualaikum abang Akmal”
“Walaikumsalah tuan putri Arifah Ananda tersayang” sambil menjulurkan bulu pena dengan telunjuknya pada hidung arifah
Akmal sosok kakak yang senantiasa untuk menjaga arifah yang sedang sedih maupun senang. Begitulah mreka sangat rukun dan mesra sebagai kakak dan adik perempuannya. Ia juga kakak yang menjadi panutan untuk Arifa. Mereka juga adalah dua bersaudara yang harmonis. Terlebih akmal yang senang sekali dengan dakwah islam melalui internet.
“Uh... bang Akmal ini aku kan udah besar masi saja dimanja.. Usil nih abang..” dengan mengerutkan dahi dan memanyunkan bibir.
“Arifah sayang, abang ini sayang sekali kepadamu, mana coba Arifah yang cantik? lihat tuu kerutan di dahimu seperti nenek – nenek saja yang sedang kehilangan tongkatnya.. hehe” gurau Akmal
“Ah.. abang becanda aja, abang akmal emang yang terbaik buat Arifah..”
Tetap saja Arifah terlihat manja dipandangan kakaknya dan juga kewajiban kakak untuk menjaga adiknya. Terlebih saat mereka kehilangan kedua orang tuanya 2 tahun yang lalu
*
Di meja makan yang dipenuhi makanan sederhana di terangi oleh penerangan lampu kuning yang biasanya ada di atas meja makan.
“bagaimana dengn sekolamu Arifah menyengkan bukan?”
“Alhamdulillah bang, menyenagkan sekali, apalagi sekolah ini kn sekolah favorit Arifah, Arifah juga banyak teman di sana.”
”Klining – klining” Bel Rumah berbunyi.
“Ada siapa ya Arifah..?”
“emb.. coba dilihat dulu bang.. siapa tahu tukang pos yang mengirimkan permintaan kakak untuk menjadi salah satu pendakwah di Internet yang di Jakarta itu keterima”
Ternyata dugaan Arifah benar surat lamaran abang Akmal di terima untuk menjadi pendakwah di Internet, akan tetapi abang akmal harus pergi ke Jakarta sekitar seminggu untuk memenuhi berkas – berkasnya. Ini membuat Akmal khawatir dengan Arifah yang nantinya Ia tinggalkan sendiri ke Jakarta walau hanya seminggu saja. Tetapi tetap kekhawatiran itu ada dalam diri Akmal.
“Abang.. gak perlu khawatir, Arifah akan baik – baik saja disini, kan Cuma seminggu ya bang.. Arifah kan sudah SMA jadi Abang gak perlu khawatir”
 “ Ini Arifah bulu pena kesayangan abang Akmal, abang titipin ke kamu percayalah Abang akan kembali untukmmu dan kembali untuk bulu pena ini juga, Abang akan terasa ada di samping Arifah walau abang ada di Jakarta jaga baik- baik ya Arifah”
Keesokan harinya Abang Akmal pergi ke Jakarta dan Arifah tinggal sendiri di rumahnya yang sederhana itu di Situbondo.
*
Setiap hari Arifah membawa bulu pena kesayangan abangnya itu kemana mana.
Ketika Arifah menyanyi bersama teman temannya di kelas pada waktu jam istirahat,tiba tiba bulu pena kesayangan abangnya jatuh saat ia memainkanya dan perasaan Arifah berubah menjadi khawatir dengan abangnya. Terlebih sudah satu minggu lebih satu hari abangnya belum juga pulang dari Jakarta.
Perasaan khawatirannya dirasa sampai pulang di rumah. Arifah berdoa ntuk keselamatan abangnya di Jakarta dan melaksanakan Sholat untuk ketenangan dirinya.
Kekhawatirannya masi ada sampai tiga hari setelah seminggu itu.Saat Arifah berada di sekolah ia mendapat sebuah kabar bahwa abangnya Ahmad Akmal ludin Ramadhan telah di sekap di Jakarta untuk kepentingan sebuah usaha ternama di Jakarta. Kini tempat itu di jaga ketat oleh para militer yang di bayar mahal untuk menjaga tempat itu agar tidak ada yang bisa melawan dan membebaskan Akmal dan rekan – rekanya di sana, perusahaan itu menyekap para cendikiawan untuk di perjual belikan ke luar negeri demi kepentingan perusahaan itu sendiri. Dengan hukum di Indonesia yang kurang tegas pada saat itu membuat banyak orang menjadi budak bagi para orang ber-uang.
Awalnya Arifah tidak percaya dengan kabar tersebut, lama – kelamaan kekhawatiran Arifah mengusik Arifah. Ia hanya seorang gadis lemah yang tidak bisa berbuat apa-apa untuk abangnya, apa lagi Arifah yang hanya bisa manja ke abangnya. Arifah menangis, berdoa, dan memohon untuk keselamatan Abangnya. Arifah menggengam erat dan memeluk bulu pena itu dengan nada sendu yang merindukan abang Ahmad Akmal Ludin Ramadhan.
“ Abang berjanji tidak akan meninggalkanku, aku yakin abang akan baik – baik saja, Arifah yakin” sampil menangis dan memegang bulu pena kesayangan abang Akmal.
*
Pagi itu Arifah bertekat untuk menyusul abangnya ke Jakarta setelah Ia mendapat alamat perusahaan itu dari Internet, dengan modal yang cukup dari uang celengan ayamnya ia memberanika diri untuk menyusul Abang Akmal. Sebelumnya Arifah tidak di perbolehkan untuk menyusul abangnya oleh warga dan tetangganya, tetapi dengan bantuan dari masyarakat luas hanya karna membaca keluh kesah Arifah di e-mail banyak orang yang simpati padanya. Dengan hukum yang kurang tegas di negeri ini Arifah bertekat untuk menyatukan warga yang susah akibat adanya perbudaan dan berniatan untuk menyelamatkan abangnya juga.
*
Siang itu juga mereka berangkat bersama - sama ke Jakarta bersatu untuk keadilan, Hak, dan kewajiban bersama. Dengan bekal tekat dan doa yang penuh mereka berangkat dengan menggunakan kereta.
Selama tiga hari lamanya akhirnya mereka sampai di Jakarta.
Bulu pena kesayangan Abang Akmal tetap menemani gadis cantik Arifah kemanapun ia pergi. Tepat jam 2 siang Arifah dan persatuannya menuju ke tempat perusahaan itu. Awalnya dilarang oleh sejumlah penjaga gerbang di sana. Akan tetapi Arifah dan kawanannya tidak menyerah dengan segampang itu.
Tiba – tiba bulu pena itu jatuh dan terbang menuju  ke tempat dimana abang Akmal di sekap. Arifah mendengar  suara Akmal yang kesakitan dengan siksaan yang ia dapat. Sebuah diding yang kokoh itu membatasi tubuh Arifah dan Akmal. Dan akhirnya  Arifah memanggil kawanannya untuk pergi ke tempat tersebut.
Dengan kekuatan bersama mereka besama-sama berusaha merobohkn diding itu, keringat yang mengucur derasnya tak membuat patah semangat seluruh orang – orang hebat itu, dengan bantuan orang- orang yang di sekap di dalam , lama kemudian tembok itu mulai goyah dan akhirnya dinding yang kokoh itu runtuh dan roboh dengan sendirinya. Alhasil semua pengorbanan yang di taruhkan berbuah manis semua orang yang tadi bersama Arifah akhirnya bertemu dengan kerabatnya masing – masing.
Arifah menangis dan memeluk abang akmal dengan erat. Kini kekhawatirannya terobati ia bertemu dengan abang kesayangannya.
“ bang Akmal, akhirnya engkau bisa bebas. Arifah khawatir bang.. “
“kini kau bukan gadis manja lagi Arifah kamu sudah membuktikan ke Abang bahwa kamu pemberanidan mampu membela keadilan. Abang bangga. Terimakasih Arifah”
Bulu pena sebagai simbol kekuatan mereka berdua bulu pena yang Indah dan berwarna putih bersih itu.
Akhirnya mereka berdua dipersatukan lagi dan bahagia  sebagai kakak dan adik yang rukun dan kesungguhan Arifah bisa membuat abangnya bebas dari sekapan seorang yang tidak bertanggung jawab.
THE eND


Cici Dwi Risqiana Cici Dwi Risqiana Author

mungkin

bisakah terecoh dengan sebuah kegiuran semata yang tak mampu untuk dapat meraih dengan sebuah kehalalan yang sempurna , akan tetapi semua sirna dengan seiringnya waktu dan pendekatan yang selalu ada dalam sebuah naungan yang tak hendi paddam dan hidup saat dia suka, tak hentinya dengan sebuah kecerian yang menyelimuti diri dan mampu untuk menegaskan aku betapa berharganya diriMu, sempurna ,

teman tak ada yang lain darimu kau masih tetap ada untukku dan mampu menghadirkan sebuah kecerian baru yang lalu kau ciptakan dengan penuh keihlasan yang sempurna. tak hentinya dengan sebuah cerita yang tak pernah putus antara kita hingga akhir hayat dan mampu untuk di kenang oleh orang awam dengan sebuah goresan ini. kau teman yang tak pernah lelah menghadirkan kehangatan yang memuncak.
kau mengajarkan bagaiman unutk selalu bersyukur menghadapi segala sesuatu , dan terus untuk menoleh ke kerendah. bahwa masih banyak yang masih ada di bawah kita.
dimulai dengan hal terkecil yang pernah engkau ajarkan dengan semangat 45 yang saat itu populer di tengah berbincangan dan kecandaan kita.



Cici Dwi Risqiana Cici Dwi Risqiana Author

total penayangan

Translate

Popular Posts

pengunjung

About Me

Foto saya
Mengidolakan RasulAllah Nabi Muhammad SAW. Terpesona akan senja dan terbitnya fajar, hingga menyukai jua rintik hujan yang bergema, Mencintai Banyuwangi, dan tulisan Memiliki sejuta mimpi.

LANTUNAN MUSIC

Followers