CERPEN (Bulu Pena kesayangan Abang Akmal)
16.21
BULU
PENA KESAYANGAN ABANG AKMAL
“ Selamat pagi bapak
Umar” Sambut Arifah Gadis cantik yang sedang berjalan untuk berangkat sekolah.
“selamat pagi Arifah”
jawab bapak Umar dengan senyuman sahajanya.
“selamat pagi ibu – ibu
“ sapanya lagi kepada ibu – ibu yang hendak pergi bekerja pagi itu
“pagi, Arifah” jawab
ibu – ibu tersebut.
Begitulah
Arifah gadis yang sopan, cantik, sholeha, dan ramah terhadap semua orang yang
dia anggap patut untuk di hormati. Dengan sepeda mininya Ia berangkat sekolah
dengan semangat. Arifah adalah anak yang berusia 15, ia anak terakhir dari dua
bersaudara.
*
“Kringg...........!”
Bel sekolahpu berbunyi ini awal Arifah masuk pada Sekolah Menengah Atas. Dia
adalah murid baru di SMA Negeri 1 Kartini.
“Selamat pagi
anak-anak. Bagaimana kabar kalian semoga sekola ini dapat menjadikan tempat
belajar yang wow buat kalian semua” Sambut Ustad Hamzah
Pagi
itu awal ia mendapat pembelajaran SMA yang sebelumnya di awali dengan massa
orientassi siswa atau yang sering kita kenal dengan MOS. Pelajaran pertamanya
adalah bahasa Indonesia Ini salah satu pelajaran kesukaaan Arifah di sekolah.
Hari
– Hari di sekolah dinikmati Arifah dengan rasa semangat dengan penuh keihlasan.
Arifah juga Hobbi bernyanyi, suaranya sangat merdu banyak orang dan teman –
temannya terhibur ketika Arifah sedang bernyanyi. Lirik demi lirik, bait demi
bait yang Arifah lontarkan seperti dibuat melayang, merinding, hanyut dalam
syair lagunya, kata orang yang pernah mendengarkan Arifah menyanyi.
Tak
terasa waktu menunjukkan jam 1 siang, waktunya untuk bergegas pulang dan bel
sekolahpun berbunyi, menandakan waktunya untuk pulang.
*
Setibanya
Arifah di rumah sederhanya yang nyaman dan asri Arifah langsung menyambut
kakaknya yang pada saat itu menyapu di halaman rumah dan sedang memainkan bulu
penanya di jarinya.
“Assalamualaikum abang
Akmal”
“Walaikumsalah tuan
putri Arifah Ananda tersayang” sambil menjulurkan bulu pena dengan telunjuknya
pada hidung arifah
Akmal
sosok kakak yang senantiasa untuk menjaga arifah yang sedang sedih maupun
senang. Begitulah mreka sangat rukun dan mesra sebagai kakak dan adik
perempuannya. Ia juga kakak yang menjadi panutan untuk Arifa. Mereka juga
adalah dua bersaudara yang harmonis. Terlebih akmal yang senang sekali dengan
dakwah islam melalui internet.
“Uh... bang Akmal ini
aku kan udah besar masi saja dimanja.. Usil nih abang..” dengan mengerutkan
dahi dan memanyunkan bibir.
“Arifah sayang, abang
ini sayang sekali kepadamu, mana coba Arifah yang cantik? lihat tuu kerutan di
dahimu seperti nenek – nenek saja yang sedang kehilangan tongkatnya.. hehe”
gurau Akmal
“Ah.. abang becanda
aja, abang akmal emang yang terbaik buat Arifah..”
Tetap
saja Arifah terlihat manja dipandangan kakaknya dan juga kewajiban kakak untuk
menjaga adiknya. Terlebih saat mereka kehilangan kedua orang tuanya 2 tahun
yang lalu
*
Di
meja makan yang dipenuhi makanan sederhana di terangi oleh penerangan lampu
kuning yang biasanya ada di atas meja makan.
“bagaimana dengn
sekolamu Arifah menyengkan bukan?”
“Alhamdulillah bang,
menyenagkan sekali, apalagi sekolah ini kn sekolah favorit Arifah, Arifah juga
banyak teman di sana.”
”Klining – klining” Bel
Rumah berbunyi.
“Ada siapa ya
Arifah..?”
“emb.. coba dilihat
dulu bang.. siapa tahu tukang pos yang mengirimkan permintaan kakak untuk
menjadi salah satu pendakwah di Internet yang di Jakarta itu keterima”
Ternyata
dugaan Arifah benar surat lamaran abang Akmal di terima untuk menjadi pendakwah
di Internet, akan tetapi abang akmal harus pergi ke Jakarta sekitar seminggu
untuk memenuhi berkas – berkasnya. Ini membuat Akmal khawatir dengan Arifah
yang nantinya Ia tinggalkan sendiri ke Jakarta walau hanya seminggu saja. Tetapi
tetap kekhawatiran itu ada dalam diri Akmal.
“Abang.. gak perlu
khawatir, Arifah akan baik – baik saja disini, kan Cuma seminggu ya bang..
Arifah kan sudah SMA jadi Abang gak perlu khawatir”
“ Ini Arifah bulu pena kesayangan abang Akmal,
abang titipin ke kamu percayalah Abang akan kembali untukmmu dan kembali untuk
bulu pena ini juga, Abang akan terasa ada di samping Arifah walau abang ada di
Jakarta jaga baik- baik ya Arifah”
Keesokan
harinya Abang Akmal pergi ke Jakarta dan Arifah tinggal sendiri di rumahnya
yang sederhana itu di Situbondo.
*
Setiap
hari Arifah membawa bulu pena kesayangan abangnya itu kemana mana.
Ketika
Arifah menyanyi bersama teman temannya di kelas pada waktu jam istirahat,tiba
tiba bulu pena kesayangan abangnya jatuh saat ia memainkanya dan perasaan
Arifah berubah menjadi khawatir dengan abangnya. Terlebih sudah satu minggu
lebih satu hari abangnya belum juga pulang dari Jakarta.
Perasaan
khawatirannya dirasa sampai pulang di rumah. Arifah berdoa ntuk keselamatan
abangnya di Jakarta dan melaksanakan Sholat untuk ketenangan dirinya.
Kekhawatirannya
masi ada sampai tiga hari setelah seminggu itu.Saat Arifah berada di sekolah ia
mendapat sebuah kabar bahwa abangnya Ahmad Akmal ludin Ramadhan telah di sekap
di Jakarta untuk kepentingan sebuah usaha ternama di Jakarta. Kini tempat itu
di jaga ketat oleh para militer yang di bayar mahal untuk menjaga tempat itu
agar tidak ada yang bisa melawan dan membebaskan Akmal dan rekan – rekanya di
sana, perusahaan itu menyekap para cendikiawan untuk di perjual belikan ke luar
negeri demi kepentingan perusahaan itu sendiri. Dengan hukum di Indonesia yang
kurang tegas pada saat itu membuat banyak orang menjadi budak bagi para orang
ber-uang.
Awalnya
Arifah tidak percaya dengan kabar tersebut, lama – kelamaan kekhawatiran Arifah
mengusik Arifah. Ia hanya seorang gadis lemah yang tidak bisa berbuat apa-apa
untuk abangnya, apa lagi Arifah yang hanya bisa manja ke abangnya. Arifah
menangis, berdoa, dan memohon untuk keselamatan Abangnya. Arifah menggengam
erat dan memeluk bulu pena itu dengan nada sendu yang merindukan abang Ahmad
Akmal Ludin Ramadhan.
“ Abang berjanji tidak
akan meninggalkanku, aku yakin abang akan baik – baik saja, Arifah yakin”
sampil menangis dan memegang bulu pena kesayangan abang Akmal.
*
Pagi
itu Arifah bertekat untuk menyusul abangnya ke Jakarta setelah Ia mendapat
alamat perusahaan itu dari Internet, dengan modal yang cukup dari uang celengan
ayamnya ia memberanika diri untuk menyusul Abang Akmal. Sebelumnya Arifah tidak
di perbolehkan untuk menyusul abangnya oleh warga dan tetangganya, tetapi
dengan bantuan dari masyarakat luas hanya karna membaca keluh kesah Arifah di
e-mail banyak orang yang simpati padanya. Dengan hukum yang kurang tegas di negeri
ini Arifah bertekat untuk menyatukan warga yang susah akibat adanya perbudaan
dan berniatan untuk menyelamatkan abangnya juga.
*
Siang
itu juga mereka berangkat bersama - sama ke Jakarta bersatu untuk keadilan,
Hak, dan kewajiban bersama. Dengan bekal tekat dan doa yang penuh mereka
berangkat dengan menggunakan kereta.
Selama
tiga hari lamanya akhirnya mereka sampai di Jakarta.
Bulu
pena kesayangan Abang Akmal tetap menemani gadis cantik Arifah kemanapun ia
pergi. Tepat jam 2 siang Arifah dan persatuannya menuju ke tempat perusahaan
itu. Awalnya dilarang oleh sejumlah penjaga gerbang di sana. Akan tetapi Arifah
dan kawanannya tidak menyerah dengan segampang itu.
Tiba
– tiba bulu pena itu jatuh dan terbang menuju
ke tempat dimana abang Akmal di sekap. Arifah mendengar suara Akmal yang kesakitan dengan siksaan
yang ia dapat. Sebuah diding yang kokoh itu membatasi tubuh Arifah dan Akmal.
Dan akhirnya Arifah memanggil kawanannya
untuk pergi ke tempat tersebut.
Dengan
kekuatan bersama mereka besama-sama berusaha merobohkn diding itu, keringat
yang mengucur derasnya tak membuat patah semangat seluruh orang – orang hebat
itu, dengan bantuan orang- orang yang di sekap di dalam , lama kemudian tembok
itu mulai goyah dan akhirnya dinding yang kokoh itu runtuh dan roboh dengan
sendirinya. Alhasil semua pengorbanan yang di taruhkan berbuah manis semua
orang yang tadi bersama Arifah akhirnya bertemu dengan kerabatnya masing –
masing.
Arifah menangis dan
memeluk abang akmal dengan erat. Kini kekhawatirannya terobati ia bertemu
dengan abang kesayangannya.
“ bang Akmal, akhirnya engkau bisa bebas. Arifah
khawatir bang.. “
“kini kau bukan gadis manja lagi Arifah kamu sudah
membuktikan ke Abang bahwa kamu pemberanidan mampu membela keadilan. Abang
bangga. Terimakasih Arifah”
Bulu pena sebagai
simbol kekuatan mereka berdua bulu pena yang Indah dan berwarna putih bersih
itu.
Akhirnya mereka berdua
dipersatukan lagi dan bahagia sebagai
kakak dan adik yang rukun dan kesungguhan Arifah bisa membuat abangnya bebas
dari sekapan seorang yang tidak bertanggung jawab.
THE
eND
mungkin
16.16
bisakah terecoh dengan sebuah kegiuran semata yang tak mampu untuk dapat meraih dengan sebuah kehalalan yang sempurna , akan tetapi semua sirna dengan seiringnya waktu dan pendekatan yang selalu ada dalam sebuah naungan yang tak hendi paddam dan hidup saat dia suka, tak hentinya dengan sebuah kecerian yang menyelimuti diri dan mampu untuk menegaskan aku betapa berharganya diriMu, sempurna ,
teman tak ada yang lain darimu kau masih tetap ada untukku dan mampu menghadirkan sebuah kecerian baru yang lalu kau ciptakan dengan penuh keihlasan yang sempurna. tak hentinya dengan sebuah cerita yang tak pernah putus antara kita hingga akhir hayat dan mampu untuk di kenang oleh orang awam dengan sebuah goresan ini. kau teman yang tak pernah lelah menghadirkan kehangatan yang memuncak.
kau mengajarkan bagaiman unutk selalu bersyukur menghadapi segala sesuatu , dan terus untuk menoleh ke kerendah. bahwa masih banyak yang masih ada di bawah kita.
dimulai dengan hal terkecil yang pernah engkau ajarkan dengan semangat 45 yang saat itu populer di tengah berbincangan dan kecandaan kita.
teman tak ada yang lain darimu kau masih tetap ada untukku dan mampu menghadirkan sebuah kecerian baru yang lalu kau ciptakan dengan penuh keihlasan yang sempurna. tak hentinya dengan sebuah cerita yang tak pernah putus antara kita hingga akhir hayat dan mampu untuk di kenang oleh orang awam dengan sebuah goresan ini. kau teman yang tak pernah lelah menghadirkan kehangatan yang memuncak.
kau mengajarkan bagaiman unutk selalu bersyukur menghadapi segala sesuatu , dan terus untuk menoleh ke kerendah. bahwa masih banyak yang masih ada di bawah kita.
dimulai dengan hal terkecil yang pernah engkau ajarkan dengan semangat 45 yang saat itu populer di tengah berbincangan dan kecandaan kita.